Kalau ada anak balita yang cenderung langsing, pasti deh sang ibu pernah diberondong pertanyaan-pertanyaan yang sekali dua kali masih bisa diacuhkan, tapi lama-lama bisa bikin gusar juga. Entah dari orangtua, mertua, saudara, atau teman. Seperti, "Susah ya maemnya", "Minum susunya banyak gak?", "Vitaminnya apa?....lho kok gak dikasih vitamin? Kasih dong, biar doyan makan dan minum susu.......". Kok, seperti ada aturan tak tertulis bahwa anak-anak seyogyanya mengkonsumsi vitamin tambaha, ya?! Tambahan lagi, sekarang ini orangtua ’dibombardir’ oleh berbagai iklan suplemen yang masing-masing mengklaim paling tokcer meningkatkan nafsu makan, daya tahan tubuh anak, dll.
What’s the fuss about vitamin? Apa sih fungsi sebenarnya dalam tubuh manusia? Lalu, apakah bayi dan anak-anak ’wajib’ mengkonsumsi suplemen vitamin?
Apa sih fungsi sebenarnya dalam tubuh manusia? Lalu, apakah bayi dan anak-anak ’wajib’ mengkonsumsi suplemen vitamin?
Fungsi suplemen baik vitamin maupun mineral sejatinya hanya lah
untuk melengkapi (kalau ada) kekurangan vitamin dan mineral dalam tubuh.
Jadi suplemen vitamin sama sekali tidak dapat digunakan untuk
menggantikan vitamin alami (yang diperoleh dari makanan). Satu jenis
makanan memiliki kombinasi berbagai jenis vitamin dan zat-zat lain
(seperti nutrisi utama, mineral, sampai antioksidan) yang diperlukan
oleh tubuh. Misalnya, jeruk tidak hanya kaya akan vitamin C, tapi juga
ada asam folat, kalsium, dan serat; lalu telur selain tinggi protein
juga mengandung vitamin D, E, bahkan A dan B.
Fungsi Vitamin Bagi Tubuh
Sebelum berpolemik tentang perlu tidaknya suplemen
bagi anak, sebaiknya orangtua tahu lebih dulu apa sebenarnya fungsi
vitamin bagi tubuh. Vitamin, bersama-sama dengan mineral, merupakan
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil tetapi asupannya
harus teratur dan dalam jumlah yang pas, agar tubuh dapat tumbuh dan
berfungsi secara normal. Berbagai proses biologis tubuh memerlukan
vitamin agar dapat bekerja dengan baik, seperti pertumbuhan, proses
pencernaan, kesigapan mental dan ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dalam
proses-proses tersebut vitamin berfungsi sebagai katalis untuk
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Sebagian besar jenis vitamin memang tidak diproduksi sendiri oleh
tubuh, kecuali vitamin K yang dibuat oleh bakteri ’baik’ yang ada dalam
usus. Jadi, memang harus ’diambil’ dari luar. Sumber terbaik untuk
vitamin (dan mineral) adalah makanan. Itulah mengapa pola makan manusia,
baik anak-anak maupun dewasa, harus beragam dan seimbang - sesuai
dengan piramida makanan. Tak lain, agar tubuh memperoleh asupan vitamin
secara lengkap.
Kekurangan vitamin membuat tubuh tidak dapat ’bekerja’ sebagaimana
mestinya. Terutama bagi anak-anak, kekurangan vitamin menyebabkan
pertumbuhan mereka terganggu. Tetapi, kelebihan asupan vitamin pun
bukannya tak beresiko bagi kesehatan. Kelebihan vitamin yang larut air,
seperti vitamin C, biotin, thiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3),
asam pantotenat (B5), pyridoxine (B6), asam folat (B9) dan cobalamin
(B12) , memang akan dibuang melalui urin. Tetapi ini juga berarti
membuat ginjal bekerja lebih keras. Sementara kelebihan vitamin yang
larut lemak (vitamin A, D, E, K) akan disimpan dalam jaringan lemak
tubuh dan hati. Akumulasi lebihan vitamin ini dapat menjadi racun bagi
tubuh.
Lalu, kapan saat yang tepat untuk memberikan suplemen vitamin?
Ketika anak memang membutuhkannya. Bila selera
makan anak cukup luas dan menu hariannya lengkap, pemberian suplemen
vitamin sebenarnya tak perlu. Anak baru dikatakan memerlukan suplemen
vitamin bila; Anak tidak memperoleh asupan vitamin yang cukup. Misalnya,
anak mengalami gangguan penyerapan zat gizi atau anak picky eater
(sempit selera makannya).
Anak sedang sakit. Ketika anak sakit, tubuhnya memerlukan lebih
banyak zat gizi dari biasanya. Padahal anak yang sakit cenderung kurang
suka makan, akibatnya asupan gizinya (termasuk vitamin) berkurang. Pada
kondisi seperti itu, tubuh anak perlu ’dibantu’ dengan memberikan
suplemen vitamin. Anak yang sedang dalam pengobatan TBC misalnya, perlu
diberi suplemen vitamin untuk membantu proses penyembuhan.
Anak yang baru sembuh dari sakit, dapat diberi suplemen. Namun bila
kondisi kesehatan anak makin membaik, pemberian suplemen sebaiknya
dikurangi dan dihentikan ketika anak sudah benar-benar sehat dan selera
makannya kembali normal.
Anak picky eater, susah/tidak mau makan, kurus atau berat badan sulit
naiknya, sebenarnya juga tak bisa dijadikan ’pembenaran’ untuk
memberikan suplemen vitamin secara rutin. Karena suplemen bukan the real
solution bagi masalah-masalah tersebut. Langkah utama yang harus
ditempuh orangtua adalah berupaya agar selera makan anak menjadi luas,
mencari penyebab anak menjadi susah/tidak mau makan, atau mencari tahu
mengapa berat badan anak sulit naik. Untuk sementara, kekurangan vitamin
dalam tubuh anak memang dapat dipenuhi melalui suplemen, sambil
orangtua berupaya menyelesaikan masalah sebenarnya.
Sama seperti orang dewasa, bayi dan anak-anak juga punya preferensi
terhadap jenis-jenis makanan. Kalau anak hanya sesekali menjadi picky
(siapa tahu dia sedang ingin makanan yang menyegarkan, misalnya...?),
sedangkan secara umum selera dan pola makannya baik, rasanya terlalu
berlebihan jika orangtua khawatir anaknya akan kekurangan vitamin.
Menganggap suplemen dapat meningkatkan nafsu makan anak juga tidak
rasional.
Suplemen vitamin bukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, karena
memang tidak ada vitamin yang membuat anak jadi doyan makan. Banyak
faktor yang menyebabkan anak menjadi susah/tidak mau makan. Mungkin anak
bosan dengan menu hariannya, mau tumbuh gigi, sedang ada masalah
psikologis, atau sedang sakit. Anak yang mengalami gangguan jantung atau
terkena silent ISK (infeksi saluran kemih), juga dapat mengalami
gangguan selera makan atau sulit naik berat badan. Bila kondisi
kesehatan anak baik, otomatis selera makannya pun akan baik.
Pertumbuhan anak, umumnya dilihat dari penambahan berat dan tinggi
badan anak. Maka tak heran, kalau orangtua jadi khawatir bila berat
badan anaknya tidak/sulit naik. Tapi, anak langsing pun belum tentu
mengalami kurang gizi, lho. Selain melihat grafik pertumbuhannya,
orangtua juga harus melihat perkembangan anak. Walaupun kenaikan berat
badan anak tidak signifikan (atau malah tetap), tetapi tinggi badannya
naik dengan signifikan, kemampuan motorik kasar dan halusnya baik, juga
perkembangan otaknya meningkat pesat, maka sesungguhnya orangtua belum
perlu untuk khawatir. Bisa jadi anak cenderung langsing dan tinggi
karena faktor keturunan. Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan
gerak tubuh anak sehari-hari. Anak yang sangat aktif, tentu saja
menghabiskan lebih banyak energi. Wajar lah kalau berat badannya jadi
sulit naik, atau kalaupun naik sedikit sekali.
Bila Anak Memerlukan Suplemen, Jenis Apa Yang Aman?
Yang paling baik tentu memberikan suplemen vitamin sesuai dengan
kebutuhan anak, maksudnya bila anak kekurangan vitamin D, berikan lah
vitamin D. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan lebih dulu dengan
dokter. Terutama bagi bayi, apalagi yang masih ASI eksklusif, orangtua
jangan sembarangan memberikan suplemen vitamin tanpa rekomendasi dokter.
Akan jauh lebih baik bila ibu menerapkan pola makan sehat dengan gizi
seimbang, agar kualitas ASI yang diproduksinya menjadi lebih baik,
daripada mengambil jalan pintas dengan memberikan suplemen vitamin.
Sesungguhnya, ASI sudah mengandung vitamin dan mineral dalam komposisi
yang lengkap. Jadi, ibu-ibu yang masih menyusui –terlebih yang masih
memberikan ASI eksklusif- tak perlu khawatir si kecil kekurangan vitamin
dan mineral.
Kalaupun orangtua ingin memberikan suplemen vitamin kepada anaknya,
menurut AAP (American Academy of Pediatrics) 1 dosis suplemen
multivitamin per hari tidak membahayakan. Dengan catatan, tiap dosis
suplemen tersebut tidak melebihi angka kecukupan gizi (RDA/Recommended
Daily Allowance), meskipun kelebihan itu hanya untuk satu jenis vitamin
atau mineral. Dan jangan pilih suplemen yang memiliki kandungan
megadosis (dosis besar). Bahkan idealnya, suplemen multivitamin itu
(seharusnya) kandungannya lebih rendah dari AKG (angka kecukupan gizi).
Bagi anak batita, lebih aman suplemen multivitamin yang berbentuk
cair karena tablet kunyah berpotensi membuat anak tersedak. Jangan
sekali-kali berbohong kepada anak dengan mengatakan suplemen vitamin
sebagai permen, karena ini akan mendorong anak ingin mengkonsumsi
semaunya. Dan, simpan suplemen di tempat yang tidak dapat dijangkau
anak. Perlakukan suplemen vitamin layaknya obat.
Satu hal yang harus orangtua ingat, vitamin bukan satu-satunya yang
diperlukan oleh tubuh. Sungguh ironis bila orangtua begitu getol memberi
anaknya suplemen, dengan alasan agar kebutuhan vitamin dan mineralnya
terpenuhi, tetapi tidak berupaya untuk memperbaiki pola makan anak.
Karena vitamin dan mineral akan mubazir tanpa adanya kecukupan zat gizi
utama seperti karbohidrat, protein (hewani dan nabati), maupun lemak.
(EG)
Daftar kepustakaan :
Vitamin and Minerals: Use with Care dalam www.mayoclinic.com, www.babycenter.com, www.kidshealth.com. Pujiarto, Purnamawati S. 2005. Bayiku Anakku: Panduan Praktis Kesehatan Anak. PT.Gramedia, Jakarta.
Oleh : Annisa Pratiwi Hendrayadi, Amanda Pingkan ( Homemade Healthy Baby Food)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar